k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Kondisi Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi Pulau Jawa

Secara setting tektonik, Pulau Jawa merupakan suatu komplek dengan sejarah penurunan cekungan, pensesaran, perlipatan, dan vulkanisme dibawah regim gaya yang berbeda tergantung waktunya. Umunya, ada 3 arah pola umum struktur yaitu arah timur laut – barat daya (Pola Meratus), arah utara – selatan (Pola Sunda), dan arah timur – barat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLdIi2wufrsfEeE7nwsfLsZwyQbNZthyphenhyphen4E2JFmA75_V7QdqD6Jbg6lsvDIuewAYm-MfvUfsKXYlLhgQxyDxQ_dz-GRiHS2cF5QpgL_9KmS1cq1yjKE-U-m1D_CfQ2KF1cBU5xFEOndneN-/s1600/tektonik+p.+jawa.png
Gambar Tektonik Pulau Jawa


  • Arah timur laut – barat daya (Pola Meratus)

Pada bagian barat, tercenmin pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah tercerminkan dari pola penyebaran singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karangsambung. Pada bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati.

  • Arah utara – selatan (Pola Sunda)

Pada pola ini, dominasi ekspresi tampak di bagian barat yang berupa sesar-sesar pembatan Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda memiliki juga struktur berupa regangan.

  • Pola Jawa

Pada bagian barat pola ini terwakilkan oleh sesar-sesar naik seperti Sesar Beribis dan sesar pada Cekungan Bogor. Pada bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Sedangkan di bagian timur terekspresikan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng.

Dari data tektonostratigrafi, diketuhi bahwa Pola Meratus merupakan pola yang paling tua dengan umur Kapur hingga Paleosen yang tersebar dalam Jalur Tinggian Karimun Jawa dan menerus melaui Karangsambung hingga daerah Cimandiri, Jawa Barat. Sesar ini mengalami pengaktifan kembali oleh aktifitas tektonik yang lebih muda. Sedangkan Pola Sunda, dari data seismik-nya menunjukan bahwa pola tersebutlah yang mengaktifkan sesar-sesar pada Pola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Terakhir, Pola Jawa menunjukan hasil termuda, dan kembali mengaktifkan sesar-sesar yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYmTxZAVDpb09PnCfbGbTU_4tWGZLKZOwxXruU6C_CVWpSBT5ZXl34x-MPTrF2a_a8qIHYYi5Enj63jk9koBRlEN_73Y_ONmxIkRdp2z_0cz11V26I14Msz-xbM1b9YiwIQIv0eBD_SRw/s1600/Picture7.jpg

Gambar Pola Tektonik Pulau Jawa


Adapun cekungan yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Menurut Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994, cekungan yang dihasilkan adalah Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara timur yang dipisahkan oleh Tinggian Karimun Jawa. Cekungan bagian barat memiliki geometri memanjang relative utara-selatan, sedangkan bagian timur memiliki geometri relative timur-barat.

Secara regional, pada Pulau Jawa dibagi menjadi 3 satuan tektonik, yaitu:

  • Cekungan Jawa Utara yang terdiri atas Cekungan Jawa Barat laut dan Cekungan Jawa Timur laut
  • Daerah Cekungan Bogor – Kendeng
  • Daerah Cekungan Pegunungan Selatan

Tatanan Tektonik Jawa Barat

Pola Struktur

Relatif berpola baratlaut - tenggara, timur - barat, utara - selatan (dominan)

Satuan Tektonik

Batuan yang tersingkap berumur Eosen Awal berupa olisostrom. Pada satuan ini berasosiasi tektonis dengan ofiolit pada jalur kontaknya, hal ini ditafsirkan merupakan bagian dari melange. Satuan kedua adalah jalur magma Tersier hasil kegiatan vulkanik yang bermula dari selatan Jawa pada Miosen Awal yang berangsur ke utara. Satuan tektonik terakhir adalah jalur magma Kuarter.

Mandala Sedimentasi

Menurut Soedjono (1984) berdasar ciri sedimennya, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 3 yaitu Mandala Paparan Kontinen Utara, Mandala Cekungan Bogor, dan Mandala Banten. MPKU dicirikan oleh pola pengendapan paparan (batugamping, pasir, kuarsa), MCB dicirikan oleh endapan grafitasi dengan fragmen batuan beku dan sedimen, MB dicirikan dengan gabungan antara MPKU dan MCB.

Tatanan Tektonik Jawa Tengah

Pola Struktur

Pola struktur di Jawa Tengah menunjukan 3 arah utama, yaitu arah baratlaut - tenggara, timurlaut - baratdaya, dan timur - barat. Adapun di Loh Ulo (daerah tertua - pra-Tersier) dibedakan menjadi 2 pola utama yaitu timurlaut - baratdaya, dan barat-timur. Daerah tersebut diperkirakan merupakan daerah dimana melange berkembang. Bagian utara Jawa Tengah, terendapkan sedimen laut dalam seperti turbidit berumur Miosen.

Satuan Tektonik

Batuan tertua di Jawa Tengah Sendiri tersingkap di Loh Ulo dan Bayat dengan umur Kapur yang terdiri atas ofiolit, sedimen laut dalam, batuan maliham yang tercampur secara tektonik.

Tatanan Tektonik Jawa Timur

Indentasi Jawa Timur mirip dengan indentasi Jawa Tengah, dimana dicirikan oleh hilangnya Pegunungan Selatan Jawa dan hadirnya depresi. Depresi berikut terdapat pada Lumajang dan merupakan wilayah pengaliran sungai yang berasal dari kedua dataran tinggi di sebelah barat dan timur depresi.

Pegunungan Selatan di Jawa Timur sendiri berkembang fasies akibat volkanisme dan endaan karbonatan yang berumur Miosen. Pada bagian utara dari jalur volkanik Kuarter terdiri atas endapan Tersier yang cukup tebal (Genevraye dan Samuel, 1972). Di dekat Cepu daerah ini terlipat dan tersesarkan secara kuat.

Di bagian barat Depresi Lumajang, ada Kompleks Iyang yang memiliki sesar besar berarah utara – selatan yang sedikit melengkung menghadap Depresi Lumajang.

Analisa Tektonik

Secara regional, Pulau Jawa memiliki kesamaan dengan Pulau Sumatera karena sebagian tepi daripada Lempeng Mikro Sunda yang berinteraksi secara konvergen dengan kerak samudera dari Lempeng Hindia – Australia, namum tatanan geologi dan struktur akibatnya menunjukan sifat yang lebih rumit. Tatanan yang rumit ini disebabkan karena dijumpai jejak jalur subduksi pada Kapur – Paleosen yang memotong Pulau Jawa dengan arah timurlaut – baratdaya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNxy295ZlzLVxYGi_B09EHUZQxsE-ZFf80PAmVLAAB7LLbsqc132rgDAWU-ebdB5D9aXU1KpCt2lMnPWE1HBoU_X-SDZPvBKedAqMbNBSa4QDO3PoS8tDoLcTyRLjFx43WHdGtkvBCZwfg/s640/c.png
Gambar Pola Struktur dan Sesar di Pulau Jawa (Natalia, 2010)

Jaman Kapur Atas – Paleosen

Pada Jaman ini, terjadi interaksi secara konvergen antara lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Mikro Sunda, membentuk jalur subduksi dengan arah barat – timur yang menghasilkan singkapan melange pada CIletuh, Loh Ulo, Bayat. Adapun busur magma yang terletak di utara dan sekitar Laut Jawa, serta Pantai Utara Jawa.

Eosen – Oligosen Akhir

Pada waktu ini terbentuk cekungan muka busur dengan endapan didominasi oleh volkaniklastik dan turbidit, serta terbentuk cekungan atas lereng dengan endapan olisostrom. Terjadi pula akresi akibat jalur subduksi yang bergeser ke arah selatan pada Oligosen Akhir. Terjadi juga pengangkatan terhadap jalur subduksi pada waktu ini.

Oligosen Akhir – Miosen Awal

Terjadi gerak rotasi sebesar 20o ke arah yang berlawanan dengan jarum jam dari Lempeng Sunda (Davies, 1984). Wilayah-wilayah yang terletak di bagian tenggara lempeng (sekitar Pulau Jawa dan Laut Jawa bagian timur) mengalami pergeseran lateral yang cukup besar akibat gerak rotasi tersebut.

Di Jawa Tengah sendiri terdapat pusat kegiatan volkanisme yang seolah-olah memisahkan cekungan belakang busur menjadi 2 yaitu Cekungan Jawa Tengah Utara dan Selatan.

Secara berangsur, kegiatan volkanisme bergeser pada jaman Tersier hingga sekarang ke arah utara yang merubah status cekungan belakang busur menjadi cekungan Intra-Arch. Cekungan belakang busur yang berkembang di Jawa Barat Utara, Cekungan Jawa Tengah Utara, dan Cekungan Jawa Tengah Timurlaut (termasuk Madura).

0

Posting Komentar