k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Kondisi Geografi Kota Bandung


A. Letak, Luas dan Batas Wilayah 

Kota Bandung terletak pada posisi 107º36’ Bujur Timur dan 6º55’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Perhitungan luasan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah Kabupaten/Kota lainnya, yaitu:
1. sebelah   Utara   berbatasan   dengan   Kabupaten   Bandung   dan Kabupaten Bandung Barat;
2. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat   dan Kota Cimahi;
3. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan
4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Peta Orientasi Kota Bandung

Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah “Cekungan Bandung”, yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha. Secara administratif, cekungan ini terletak di lima daerah administrasi Kabupaten/Kota,  yaitu  Kota  Bandung,  Kabupaten  Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5 Kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumedang.

B. Kondisi Topografi 

Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi berada di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 m dpl, dan titik terendah berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 675 m dpl. Wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).

C. Kondisi Geologi 

Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian Utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur terdiri atas jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan Barat  tersebar jenis tanah andosol. Secara geologis Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang masih aktif dan berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi yang  saling melingkup, yaitu
(i) sumber gempa bumi   Sukabumi-Padalarang-Bandung,   (ii) sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar- sesar yang  ada, sehingga menimbulkan gempa tektonik yang  sewaktu- waktu dapat  terjadi.  Selain  itu  Kota  Bandung  yang  berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang  tinggi juga berisiko tinggi pada berbagai bencana.

D. Kondisi Klimatologi 

Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung.
Secara alamiah, Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk . Selama tahun 2012 tercatat suhu tertinggi di Kota Bandung mencapai 30,9oC yang terjadi  pada  bulan  September. Suhu terendah di  Kota Bandung  pada  tahun  2012  adalah  17,4oC  yaitu  pada  bulan  Juli. Kondisi temperatur rata-rata Kota Bandung dari Tahun 2007-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Temperatur rata-rata Kota Bandung

Semakin  sedikitnya  Ruang  Terbuka  Hijau  (RTH),  serta meningkatnya pencemaran udara karena aktivitas penduduk berkontribusi dalam meningkatkan iklim mikro di Kota Bandung. Aktivitas pencemar yang tergolong besar adalah dari pertumbuhan jumlah  kendaraan.  Selain  pertumbuhan  jumlah  kendaraan, keberadaan   jalan   Tol   Cipularang   turut   meningkatkan   jumlah
kendaraan menuju Kota Bandung. Hasil penelitian Departemen Teknik Lingkungan ITB, menunjukkan bahwa keberadaan tol Cipularang telah berimplikasi terhadap kualitas udara di Kota Bandung. Di titik masuk Kota Bandung seperti gerbang tol Pasteur dan jembatan Cikapayang, kandungan CO rata-rata pada hari Jumat dan Sabtu meningkat sekitar 38% (di hari normal sekitar 1.800 kg/hari menjadi 2.500 kg/hari pada Jumat dan Sabtu), sedangkan NOx meningkat 59% dan HC meningkat 50%. Meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung juga dipengaruhi  oleh tidak terawatnya mesin kendaraan. Data BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor, lebih dari 60% kendaraan berbahan bakar solar tidak memenuhi baku mutu emisi, sementara untuk yang berbahan bakar bensin berfluktuasi dari sekitar 10% hingga 52%.

E. Kondisi Hidrologi 

Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai   Cibedung, Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan,  Sungai  Cibuntu,  Sungai  Cigondewah,  Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai-sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK.
Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Secara Nasional, DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata yang digunakan sebagai pembangkit  tenaga listrik, pertanian, dan lainnya.
Saat  ini  kondisi  sebagian  besar  sungai  di  Kota  Bandung  telah mengalami pencemaran. Regulasi yang tidak tegas terhadap pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai yang ada. Selain itu, penurunan kualitas sungai disebabkan oleh   pembuangan   air   kotor   oleh   warga.   Sungai   Cikapundung merupakan salah satu sungai penting yang membelah Kota Bandung dan saat ini telah banyak kehilangan fungsi ekologisnya. 
0

Posting Komentar