k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Bentuklahan Proses Denudasional

Bentuk lahan denudasional (penelanjangan) tidak terlepas dari proses pelapukan, erosi dan gerak pencampakan massa batuan, serta pengendapan. Menurut Suharsono, 1988 dalam Pramono dan Ashari (2013:111)  menyebutkan, akibat adanya gaya gravitasi yang bekerja terhadap fragmen batuan tersebut menuruni lereng kemudian diendapkan pada tempat yang lebih rendah. Sedangkan daerah yang ditinggalkan akan membentuk suatu fenomena dengan topografi yang berelief kasar akibat terbentuknya lembah-lembah yang dalam. Material yang diendapkan oleh proses gravitasi disebut kolovium dan cenderung memiliki sifat heterogen.

Leher Gunung Api

Bentuk-bentuk denudasional terdapat pada daerah yang sangat luas, terutama pada daerah berbatuan lunak dan kondisi iklim basah yang bentuk strukturalnya tidak dapat bertahan lama. Bentuk denudasional dapat dibagi dengan mendasarkan pada karakteristik morfometrik, kemiringan lereng dan atau kepadatan aliran atau pengikisan, serta litologinya menurut Joyosuharto, 1985 dalam Pramono dan Ashari (2013:112). termasuk kategori bentuklahan denudasional adalah pegunungan/perbukitan denudasional, peneplain, inselberg, kipas koluvial, lereng kaki, dan lahan rusak. Menurut Suharsono, 1988 dalam Pramono dan Ashari (2013:112) menjelaskan karakteristik masing-masing bentuklahan tersebut sebagai berikut :

1. Pegunungan atau Perbukitan Denudasional

Pegunungan denudasional memiliki topografi bergunung dengan lereng curam lebih dari 500 meter. Umumnya, mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal dan berbentuk V karena didominasi oleh proses pendalaman lembah (valley deepening). Tingkat pengikisan (dissection) sangat dipengaruhi oleh kondisi litologi, iklim, vegetasi, penutup, serta proses erosi yang bekerja pada tempat tersebut.

2. Peneplain

Jika proses denudasional bekerja terus menerus pada perbukitan atau pegunungan, makan permukaan lahan pada daerah tersebut akan cenderung menurun ketinggiannya dah membentuk suatu permukaan yang hampir datar disebut peneplain. 

3. Inselberg atau Perbukitan Terpisah

Inselberg seing disebut juga sebagai perbukitan sisa terpisah. Inselberg terbentuk apabila bagian depan (dinding) suatu pegunungan atau perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus menerus sehingga meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding bukit sisa yang curam. Umumnya bukit sisa terpisah/inselberg tersebut adalah berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak singkapan batuan (outcrops). 

4. Kipas Koluvial

Kipas koluvial mempunyai topografi berbentuk kerucut atau kipas dengan lereng curam. Material penyusun bentuklahan diperoleh dari hasil pelapukan yang terpindahkan melalui proses gerakan massa. Material yang diendapkan tidak memiliki gradasi dan sortasi yang baik. Ukuran batuan bervariasi  dari pasir hingga blok. Fragmen berukuran kecil umumnya terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar karena gaya beratnya akan meluncur ke bawah dan diendapkan di bagian bawah kerucut talus. Proses ini merupakan kebalikan dari deposisi sedimen yang diangkut oleh aliran air. 

5. Lereng Kaki (Footslope)

Lereng kaki merupakan bentukan memanjang dan sempit dengan topografi landai hingga berombak pada kaki suatu pegunungan atau perbukitan. Ciri utama bentuklahan ini adalah lereng landai, dengan sedikit pengikisan. Lereng kaki dijumpai pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar suatu cekungan dengan oermukaan lereng kaki umumnya langsung berada pada batuan induk. 

6. Lahan Rusak

Lahan rusak atau badland merupakan daerah dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat. Hasil pengikisan membentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta igir-igir tajam dan membulat serta banyak singkapan batuan yang muncul ke permukaan akibat proses erosi parit yang berlangsung sangat aktif.


Posting Komentar

Posting Komentar