k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Klasifikasi Iklim menurut Schmidt Ferguson

Iklim menurut F.H. Schmidt dan J.H.A Ferguson

Dalam Lakitan (1994:40) salah satu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia diusulkan oleh F.H. Schmidt dan J.H.A Ferguson pada tahun 1951. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson ini berdasarkan nisbah antara jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini diberi simbol Q. Bulan lembab ternyata dalam penghitungan ini pun tidak dihitung. 

Prof. Dr. F.H. Schmidt, Kepala Djawatan Meteorologi dan Geofisika dan Prof Ir. J.H.A Ferguson guru besar bidang Ilmu Mengatur Perusahaan Hutan, Universitas Indonesia membuat klasifikasi iklim pada 1951. Mereka menyempurnakan tipe klasifikasi iklim Mohr.

Klasifikasi Bulan Menurut Schmidt-Ferguson

Klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson ini biasanya digunakan dalam mengidentifikasi jenis tanaman di suatu daerah. Schmidt - Ferguson membagi tipe iklim menjadi tiga jenis yakni sebagai berikut:

  1.  Iklim Bulan Kering atau iklim yang terjadi dalam satu bulan dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm.
  2.  Iklim Bulan Lembab atau iklim yang terjadi dalam satu bulan dengan curah hujan berkisar 60 mm hingga 100 mm.
  3. Iklim Bulan Basah atau iklim yang terjadi dalam satu bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm.


Persamaan Iklim Schmidt-Ferguson

Persamaan yang dikemukakan Schmidt adalah sebagai berikut (Kartasapoetra, 1993:26) :


Q=(Jumlah Bulan Kering)/(Jumlah Bulan Basah)  x 100% 


Berdasarkan Q ini, dalam Lakitan (1994:40) maka wilayah Indonesia mungkin untuk dibedakan menjadi zona 8  iklim. Diambilnya data-data curah hujan untuk 10 tahun, akan tetapi yang diambil dari 10 tahun itu langsung beberapa bulan kering dan dijumlahkan dan di rata-rata. Misalnya (Kartasapoetra, 1993:26) :

Bulan basah : 4 Dimasukkan dalam Q.

Bulan kering : 5

Klasifikasi iklim dalam Lakitan (1994:40 dan 41) untuk wilayah Indonesia (juga untuk kawasan Asia Tenggara pada umumnya) seluruhan dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utamanya. Hal ini dilakukan karena keragaman (variasi) curah hujan untuk wilayah ini sangat nyata, sedangkan unsur-unsur iklim yang lainnya tidak berfluktuasi secara nyata sepanjang tahun. Selain itu, klasifikasi iklim di wilayah ini lebih banyak digunakan untuk mendukung kegiatan budi daya pertanian.curah hujan sangat penting artinya, karena unsur iklim ini merupakan faktor penentu utama (juga pembatas) bagi kegiatan budi daya pertanian secara umum.


Tabel  Zona iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson.


Zona Bulan Kering Nilai Q Kondisi Iklim

A

<1,5

<0,14

Sangat basah (very wet)

B

1,5 – 3,0

0,14 – 0,33

Basah (wet)

C

3,0 – 4,5

0,33 – 0,60

Agak Basah (fairly wet)

D

4,5 – 6,0

0,60 – 1,00

Sedang (fair)

E

6,0 – 7,5

1,00 – 1,67

Agak kering (fairly dry)

F

7,5 – 9,0

1,67 – 3,00

Kering (dry)

G

9,0 – 10,5

3,00 – 7,00

Sangat kering (fairly dry)

H

>10,5

>7,00

Luar biasa kering (extremely dry)

Posting Komentar

Posting Komentar