k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Persebaran Sumberdaya Pertanian di Indonesia

Secara umum sistem pertanian yang biasa diupayakan penduduk di negara Indonesia terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut.

Pertanian Lahan Basah

Sistem pertanian lahan basah sering dinamakan pula pertanian sawah. Pertanian ini merupakan salah satu jenis pengusahaan sumberdaya tanah yang paling banyak diupayakan penduduk di Indonesia. Pola budidaya pertanian sawah paling optimal jika dikembangkan di wilayah dataran rendah, dengan ketinggian kurang dari 300 meter di atas permukaan laut, di mana persediaan air terutama air permukaan untuk irigasi cukup banyak sepanjang tahun. Sebagai contoh kawasan dataran rendah sepanjang jalur pantai utara Pulau Jawa (jalur Pantura), seperti Karawang, Purwakarta, Bekasi, Subang, dan Indramayu merupakan ladang padi bagi Jawa Barat, karena daerah-daerah tersebut sangat memenuhi persyaratan bagi pertanian sawah. Wilayah pesawahan jalur Pantai Utara (Pantura) ini terus menyambung dengan wilayah pesawahan di daerah Jawa Tengah. Pertanian sawah juga banyak diupayakan penduduk yang tinggal di sebagian Sumatra dan Kalimantan. Pada ketinggian antara 300–500 meter di atas permukaan laut, tanaman padi masih dapat diupayakan, namun hasilnya tidak sebaik jika dibudidayakan di kawasan dataran rendah sekitar ketinggian kurang dari 300 meter. Selain itu bentuk morfologi wilayahnya sudah mulai bergelombang dan terdapat beberapa wilayah perbukitan, sehingga sistem pertanian sudah mulai menggunakan sistem terasering (sengkedan tanah) untuk mengurangi laju erosi.

sawah
Sawah di Indonesia

Pada ketinggian di atas 500 meter, pertanian sawah dinilai tidak optimal lagi karena suhu udara mulai sejuk dan persediaan air sudah berkurang. Pada beberapa wilayah yang cadangan air tanah dan  air permukaannya sangat kurang, budidaya tanaman padi biasa  diupayakan penduduk dalam bentuk huma(ladang) dengan jenis padi gogo. Beberapa jenis budidaya tanaman padi sawah yang umumnya diupayakan penduduk antara lain sebagai berikut.

Sawah Irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang paling tinggi tingkat produktivitasnya, di mana keperluan airnya disuplai oleh irigasi teknis sehingga setiap saat kebutuhan air terpenuhi. Tingkat kesuburan tanah nya pun sangat tinggi sehingga panen bisa dilakukan sampai tiga kali dalam satu tahun. Sawah jenis ini banyak ditemukan di Pulau Jawa. 

Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Jenis sawah ini hanya dapat diolah jika ada air hujan. Hanya pada saat musim hujan sawah ini dapat menghasilkan dan pada musim kemarau sawah ini dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau bahkan tidak ada sama sekali. Pertanian sawah tadah hujan sangat cocok dikembangkan pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi.

Sawah Bencah atau Pasang Surut

Sawah pasang surut adalah sawah yang terdapat di sekitar muara-muara sungai atau rawa-rawa sekitar pantai. Jenis padi pasang surut biasa diupayakan penduduk di sekitar kawasan tanah aluvial di muara sungai, sebagai hasil sedimentasi lumpur karena luapan air sungai saat air laut pasang. Sawah ini diolah hanya satu kali dalam setahun. Keperluan air untuk tanaman padi dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Daerah persebaran sistem pertanian sawah pasang surut antara lain di Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, dan beberapa wilayah Pulau Jawa, serta Kalimantan. Di wilayah Kalimantan Selatan sawah pasang-surut dikenal dengan sistem pertanian sawah banjar.

Sawah Kambang

Padi kambang adalah jenis tanaman padi yang panjang batangnya dapat disesuaikan dengan tinggi muka air pada lahan sawah. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem padi kambang, yaitu petani hendaknya mengerti benar perilaku air di daerahnya. Hasil pertanian padi kambang ini kurang baik, biasanya hanya sekitar 0,5 kali dari hasil sistem pertanian irigasi.

Sawah Padi Gogo-Rancah

Padi gogo rancah yaitu sistem pertanian dengan mengupayakan jenis padi yang pada saat pengairan cukup baik (musim hujan) menjadi padi sawah biasa, tetapi jika tidak ada air sawah ini berubah menjadi padi gogo (huma).

Pertanian Lahan Kering

Pada wilayah-wilayah yang memiliki ketinggian sekitar 500 - 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan rata-rata kondisi suhu udara sedang sampai sejuk, bentuk pertanian yang biasa dijumpai adalah pertanian lahan kering dan hortikultur. Beberapa ahli pertanian ada yang membedakan istilah jenis pertanian lahan kering dan hortikultur. Perbedaan antara jenis pertanian lahan kering murni dan hortikultur terletak pada jenis tanaman yang biasa dibudidayakan. Pertanian lahan kering murni pada umumnya mengupayakan jenis tanaman palawija, sedangkan hortikultur lebih menekankan pada sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Hampir semua jenis tanaman sayuran dan buah-buahan banyak diupayakan oleh penduduk di wilayah ini. Beberapa contoh jenis tanaman palawija yang biasa dibudidayakan pada lahan kering antara lain sebagai berikut :

Jagung

Jagung merupakan makanan pokok sebagian penduduk yang tinggal di Madura, Nusa Tenggara Timur, dan Minahasa. Tanaman ini berasal dari Amerika, dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis pada ketinggian sekitar 0 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanaman ini dapat ditanam di ladang, tegalan, dan sawah pada musim kemarau. Daerah persebaran tanaman jagung di Indonesia antara lain Lampung, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Kedelai

Kedelai sangat baik ditanam di atas lahan pada ketinggian antara 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut. Sumber daya alam ini sangat bermanfaat sebagai konsumsi makanan berkadar protein tinggi. Daerah persebaran kedelai yang cukup potensial antara lain Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Kacang tanah

Kacang tanah merupakan jenis sumber daya alam hayati yang berasal dari negara Brazil. Jenis tanaman pertanian lahan kering banyak diupayakan penduduk di sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Pertanian Ladang

Pertanian ladang adalah jenis usaha pertanian yang memanfaatkan lahan kering, artinya dalam pengolahan pertanian tidak banyak memerlukan air. Tanaman yang biasa diusahakan adalah padi dan beberapa jenis tanaman palawija. 

Pertanian Ladang Berpindah

Jenis usaha pertanian ini pada umumnya dilakukan oleh para petani perambah hutan. Petani membuat lahan pertanian ladang dengan cara membuka hutan lalu membakar kayu-kayunya, kemudian ditanami dengan tanaman huma dan palawija. Setelah lahan garapannya dirasakan tidak subur lagi, mereka berpindah tempat untuk mencari dan membuka lahan hutan yang baru. Jenis usaha pertanian ladang banyak ditemukan pada daerah-daerah yang masih luas lahan pertaniannya, seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Sistem ladang berpindah merupakan salah satu aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian alam. Hal ini mengakibatkan meluasnya lahan kritis, kerusakan hutan, atau kebakaran akibat ulah dan tangan para petani perambah hutan.

Pertanian Ladang Tetap

Jenis usaha ladang tetap ini dilakukan oleh para petani yang terdapat di Pulau Jawa, sebab lahan pertanian di Pulau Jawa sudah terbatas luasnya sehingga tidak mungkin untuk melakukan sistem ladang berpindah-pindah. Cara perlakuan dalam pengolahan ladang tetap ini sedikit berbeda dengan ladang berpindah. Pada ladang tetap ini biasanya tidak terdapat langkah pengolahan babat bakar kemudian tanam, akan tetapi babat, cangkul, dan kemudian tanam.

Pertanian Tegalan

Pertanian tegalan adalah usaha pertanian yang mengolah lahan-lahan kering menjadi lebih produktif. Budidaya pertanian tegalan ini tidak banyak memerlukan air. Jenis tanaman yang biasa diusahakan adalah sejenis palawija.


Posting Komentar

Posting Komentar