k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Teori Kependudukan

Teori Malthus (1798)

Malthus berpendapat bahwa manusia hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Pertubuhan penduduk melaju dengan deret ukur 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, dan seterusnya, sebaliknya pertumbuhan bahan pangan hanya melaju dengan deret hitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya, sehingga manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan.


Untuk dapat keluar dari masalah tersebut, Malthus mengajukan saran agar melakukan pembatasan pertumbuhan penduduk. Pembatasan tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu preventive checks dan positive checks.

a. Preventive check, ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran, seperti dengan cara moral restraint (pengekangan nafsu seks) dan vice (pengurangan kelahiran) Bagi Malthus, moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat diterimanya.

b. Positive checks, adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Sesuatu akan terjadi secara alamiah. Jika jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat sebagai akibat dari bencana kelaparan, wabah penyakit, peperangan, dan lain-lain. Malthus membagi jenis positive checks yaitu vice dan misery. vice secara sengaja mengurangi jumlah penduduk. Sedangkan misery merupakan pengurangan penduduk akibat bencana alam. 

Yang menjadi kelemahan dari teori Thomas Robert Malthus adalah tidak diperhitungkannya bahwa teknologi dapat melipatgandakan produksi pangan dan kebutuhan manusia lainnya serta kemampuan dalam distribusi barang. Selain  itu, berkat kemajuan teknologi juga dapat diciptakan alat kontrasepsi modern, sehingga kehamilan dapat dikendalikan dan pertumbuhan penduduk pun dapat ditekan.

Mesikupun dalam teori-teorinya Malthus banyak kelemahannya tetapi Malthus patut dihargai, karena :

1. Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan bahan makanan, sekarang benar-benar dapat dirasakan di mana moyoritas penduduk dalam hidup miskin. Hal ini membuktikan bahwa kekhawatiran Malthus beralasan.

2. Disinilah orang pertama yang membahas penduduk secara ilmiah.

3. Pada zamannya Malthus sudah berani mengungkapkan keburukan sistim kapitalis dalam masyarakatnya.

4. Essay Malthus merupakan dasar metode-metode untuk menyelesaikan atau memperbaiki persoalan penduduk sekarang ini.


Teori Marxist

Pelopor aliran ini adalah Karl Marx dan Freidrich Engeis. Mereka berdua berpendapat bahwa tekanan penduduk yang mengakibatkan kemiskinan bukan disebabkan oleh kekurangan bahan pangan, tetapi sempitnya kesempatan kerja. Kemelaratan penduduk bukan disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang cepat tetapi karena kesalahan masyarakat itu sebagaimana terjadi pada negara-negara kapitalis. Diamana kaum kapitalis mengambil sebagian pendapatan dari buruh, sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.

Teori ini mendapat dukungan luas dari negara-negara sosialis-komunis, seperti Uni Soviet (Rusia), negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Vietnam Penanganan masalah pembatasan penduduk di negara-negara tersebut hampir sama dengan apa yang dianut oleh Malthus. Perbedaannya terletak pada faktor penyebab kemiskinan yang ditimbulkan oleh kaum borjuis yang merampas hak kaum buruh.

 

Teori Penduduk Modern

Pada permulaan abad ke-20, teori Malthus dan Marx ditinjau kambali oleh para ahli dan lahirlah teori fisiologis dan sosial ekonomi serta kelompok teknologis yang optimis. Tokoh-tokoh kependudukan modern antara lain:

John Stuart Mill

John Stuart Mill mengatakan bahwa kekurangan bahan makanan itu hanyalah bersifat sementara. Untuk megatasinya, dapat mengimpor bahan makanan atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain. Selain itu, Mill berpendapat bahwa pada dasarnya perempuan itu tidak menghendaki anak yang  banyak, apalagi jika mereka memiliki karier pekerjaan. Jika “kehendak” mereka diperhatikan, maka tingkat kelahiran akan rendah.

Arsene Dumont

Arsene Dumont mengajukan teori kapilaritas sosial. Kapilaritas sosial berasumsi bahwa pada dasarnya seseorang berkeinginan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyrakat. Mereka juga akan berusaha agar anaknya kelak memperoleh kedudukan yang melebihi dirinya sendiri. Untuk mencapai harapannya itu, keluarga akan membatasi kelahiran anaknya. Keluarga besar (dengan jumlah anak yang banyak) hanyalah merupakan beban keluarga yang akan menghambat prestasi dan prestise mereka di masyarakat.

Emile Durkheim

Emile Durkheim seorang ahli sosiologi Prancis, berpendapat bahwa suatu wilayah di mana angka kepadatan penduduknya tinggi sebagai akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan antara penduduk untuk mempertahankan hidupnya. Dalam usaha memenangkan persaingan, tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilannya, serta mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan ini sangat jelas pada masyrakat industri dan perkotaan.

Doubleday

Doubleday berpendapat bahwa kekurangan makanan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedangkan kelebihan makanan justru akan menjadi pengekang perkembangan penduduk. Teori ini didasarkan pada teori bahwa manusia akan melakukan segala cara untuk mempertahankan hidupnya. Jika terancam kemiskinan, maka ia berusah untuk menambah anaknya agar kelak dapat menjadi ”tenaga kerja” untuk menambah pendapatan atau ”penjamin” hidupnya di masa tuanya. Barangkali Doubleday sependapat bahwa ”banyak anak banyak rezeki ” 

Kelompok teknologi yang optimis

Kelompok ini menentang semua teori yang pesismis seperti Malthus dan para pendukungnya. Kelompok ini beranggapan bahwa manusia dengan ilmu pengetahunnya akan mampu melipatgandakan produksi pertanian. Mereka akan mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai. 


Posting Komentar

Posting Komentar