k9fNfc9la6TpAxgmQLSGLRtfzYBM7Q8ABHwNMyzK
Bookmark

Jalur Pantura yang Kita Kenal: Ternyata Dulunya adalah Selat Muria yang Sibuk

Pada awal tahun 2024, banjir besar melanda wilayah Demak dan Kudus di Jawa Tengah, merendam area yang sangat luas hingga melumpuhkan jalur Pantura. Banyak pengamat dan ahli geologi menyebut fenomena ini seolah "membangkitkan" kembali kenangan akan Selat Muria, sebuah jalur perairan kuno yang pernah menjadi urat nadi maritim di pesisir utara Jawa.

Peta historis Selat Muria

Ilustrasi peta yang menunjukkan keberadaan Selat Muria yang memisahkan Gunung Muria dengan daratan utama Pulau Jawa.

Visi Maritim Kesultanan Demak di Tepi Selat

Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Raden Fatah pada akhir abad ke-15, dikenal memiliki visi maritim yang kuat. Seiring melemahnya Majapahit, Demak bangkit menjadi kekuatan ekonomi dan militer utama di Jawa, sebagian besar berkat lokasinya yang strategis di tepi Selat Muria.

Sejarawan H.J. De Graaf dan T.H.T Pigeaud dalam buku “Kerajaan Islam Pertama di Jawa” (1974) menjelaskan keuntungan lokasi Demak:

“Letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dari Pulau Muria pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak, perahu dagang dapat berlayar sampai Rembang...”

Pada masa jayanya, Demak bukan hanya kota agraris tetapi juga pelabuhan dagang yang ramai. Armada lautnya yang perkasa berhasil menaklukkan Sunda Kelapa dan bahkan dikirim untuk melawan Portugis di Malaka. Jalur Pantura saat itu bukanlah jalan raya, melainkan selat yang memungkinkan kapal-kapal dagang berlayar dengan bebas.

Peta Kesultanan Demak abad ke-16

Peta Kesultanan Demak abad ke-16 (modifikasi dari Denys Lombard, 1996), memperlihatkan Gunung Muria sebagai sebuah pulau terpisah.

Bagaimana Selat Muria Menjadi Daratan?

Keberadaan Selat Muria mulai meredup pada abad ke-17. Proses sedimentasi yang sangat cepat secara perlahan menutup jalur air ini. Menurut para ahli geologi, pendangkalan ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor alamiah:

  • Endapan Sungai dari Selatan: Sungai-sungai besar seperti Sungai Serang (berhulu di Merbabu) dan Sungai Tuntang membawa material sedimen dalam jumlah besar dari Pegunungan Kendeng dan Zona Rembang, lalu mengendapkannya di dasar selat yang dangkal.
  • Erosi dari Gunung Muria: Di sisi utara, Gunung Muria yang memiliki lereng curam juga menyumbang material vulkanik melalui sungai-sungai kecil yang mengalir ke selatan.
  • Pembentukan Delta: Gabungan endapan dari berbagai arah ini membentuk delta yang sangat aktif, yang secara bertahap "menguruk" selat hingga menjadi daratan aluvial yang luas.
Skema pendangkalan Selat Muria

Skema perkiraan majunya garis pantai Demak akibat sedimentasi masif di Selat Muria (Kredit: Salahuddin Husein, Dosen Teknik Geologi UGM).

Pada era Daendels, saat Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan dibangun, wilayah bekas selat ini masih berupa rawa-rawa dan teluk-teluk kecil yang harus diurug dengan susah payah, memakan banyak korban jiwa akibat malaria dan kelelahan.

Relevansi Hari Ini: Ketika Selat Muria "Muncul" Kembali

Peristiwa banjir besar pada Februari-Maret 2024 di Demak dan Kudus menjadi pengingat nyata akan sejarah geologi wilayah ini. Area yang tergenang air secara luas hampir persis sama dengan lokasi Selat Muria di peta-peta kuno.

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto, menjelaskan bahwa wilayah tersebut memang merupakan dataran aluvial muda yang terbentuk dari endapan selat. Secara alami, wilayah ini sangat rendah dan rentan terhadap genangan air ekstrem. Curah hujan tinggi, ditambah dengan penurunan muka tanah (subsidensi) dan sedimentasi di muara sungai, membuat air seolah "terjebak" dan kembali membentuk perairan luas seperti sediakala.

Fenomena ini menegaskan bahwa memahami sejarah geologi suatu wilayah bukanlah sekadar dongeng masa lalu. Ini adalah kunci penting untuk mitigasi bencana dan tata ruang yang lebih baik di masa depan. Jalur Pantura di Demak, Kudus, dan Pati dibangun di atas tanah yang "belum lama" menjadi daratan, dan alam sesekali mengingatkan kita akan asal-usulnya.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar