Masa Lalu yang Bergejolak: Jejak Letusan Dahsyat di Pegunungan Selatan Jawa

Kawasan Pegunungan Selatan di Pulau Jawa, yang kini terkenal dengan pantai eksotis dan perbukitan karst di Gunungkidul, ternyata menyimpan sejarah vulkanik yang luar biasa dahsyat. Jauh sebelum keindahannya memikat wisatawan, wilayah ini adalah panggung bagi serangkaian letusan gunung api purba yang membentuk bentang alamnya secara dramatis.

Tebing batu di Desa Ngoro-oro, Gunungkidul, yang tersusun oleh endapan gunung api purba dari Formasi Semilir. Foto oleh @bansmarwanto.
Dari Bukit Bintang hingga Gunung Api Purba Nglanggeran
Jika Anda melakukan perjalanan dari Yogyakarta menuju Gunungkidul, Anda akan melewati tanjakan berkelok di Pegunungan Baturagung. Di puncaknya, terdapat Bukit Bintang yang menawarkan pemandangan gemerlap kota dari ketinggian. Tak jauh dari sana, berdiri kokoh Gunung Api Purba Nglanggeran, yang tersusun dari bongkahan andesit raksasa sisa aktivitas vulkanik jutaan tahun silam.
Kedua lokasi ikonik ini adalah saksi bisu dari masa lalu geologis yang sangat aktif. Batuan yang menyusun kawasan ini, dikenal sebagai Formasi Semilir dan Formasi Nglanggeran, berasal dari letusan gunung api yang terjadi antara Oligosen Akhir hingga Miosen Awal (sekitar 20 juta tahun yang lalu). Saat itu, Jawa belum menyatu seperti sekarang; Pegunungan Selatan adalah kepulauan vulkanik, mirip dengan busur kepulauan Izu-Bonin-Mariana di selatan Jepang saat ini.
Jejak Erupsi Skala Supervolcano
Penelitian geologi modern mengungkapkan sebuah fakta yang mencengangkan. Tim peneliti yang dipimpin oleh Helen R. Smyth (2005, 2011) mengemukakan bahwa Formasi Semilir dan Nglanggeran, dengan total ketebalan mencapai 600 hingga 1.200 meter, kemungkinan besar terbentuk dari aktivitas vulkanik yang sangat singkat, kurang dari satu juta tahun.

Peta geologi Jawa Timur yang menunjukkan sebaran batuan vulkanik tua (ungu) di sepanjang Pegunungan Selatan. Terlihat pergeseran busur vulkanik modern (segitiga merah) ke arah utara. (Sumber: Smyth dkk., 2008)
Puncak dari periode ini ditandai oleh sebuah letusan super-masif yang kekuatannya setara dengan letusan supervolcano Toba sekitar 74.000 tahun lalu. Letusan dahsyat ini melontarkan material vulkanik dalam jumlah masif yang kini menjadi Formasi Semilir. Setelah material keluar, dapur magma yang kosong menyebabkan tubuh gunung api runtuh (dome collapse), membentuk batuan breksi yang menyusun Formasi Nglanggeran.
Peralihan Menuju Lanskap Karst
Setelah periode vulkanisme intens tersebut berakhir, kondisi laut di sekitarnya menjadi lebih tenang dan jernih. Ketiadaan pasokan abu vulkanik memungkinkan terumbu karang tumbuh subur. Selama jutaan tahun, terumbu karang ini berkembang dan terangkat, membentuk formasi batugamping yang kini kita kenal sebagai kawasan Karst Gunung Sewu, sebuah UNESCO Global Geopark.
Aktivitas vulkanik di Jawa kemudian "berpindah" sekitar 100 km ke utara sekitar 12 juta tahun lalu, membentuk barisan gunung api modern yang kita kenal sekarang, seperti Merapi, Merbabu, dan Lawu. Sementara itu, gunung-gunung api purba di selatan perlahan terkikis oleh erosi, meninggalkan sisa-sisa kokoh yang menjadi pemandangan menakjubkan hari ini.
Jadi, saat Anda menikmati pemandangan di Bukit Bintang atau mendaki puncak Nglanggeran, ingatlah bahwa Anda sedang berdiri di atas sisa-sisa letusan dahsyat yang ikut membentuk wajah Pulau Jawa.